Seorang warga negara Malaysia telah diangkat sebagai profesor urologi di Universitas Cambridge, yang pertama di bidang tersebut dalam 812 tahun sejarah institusi tersebut.
Menurut catatan universitas, Prof Vincent J Gnanapragasam adalah profesor urologi pertama yang ditunjuk oleh universitas tertua kedua di dunia berbahasa Inggris.
“Sejauh yang saya temukan dan (menelusuri) arsip perpustakaan Universitas Cambridge, belum ada Profesor Urologi di universitas tersebut sebelumnya, jadi saya yakin saya yang pertama,” kata Prof Vincent, yang telah menjadi dosen di universitas tersebut selama 13 tahun.
Ia juga merupakan konsultan urologi kehormatan di rumah sakit universitas tersebut.
Perjalanannya ke Inggris dimulai ketika ia memulai studi kedokterannya di Newcastle pada tahun 1988 dan lulus dengan gelar PhD.
Sebelumnya ia menempuh pendidikan sekolah dasar di SK La Salle di Petaling Jaya sebelum melanjutkan ke sekolah menengah di Singapura.
Pekerjaannya mengkhususkan diri pada kanker prostat, meneliti penyakit tersebut, dan mengelolanya pada pasien.
“Saya diangkat menjadi ilmuwan klinis di sana melalui penghargaan pribadi dari Cancer Research UK dan pindah ke Cambridge pada tahun 2008,” tambah Prof Vincent.
Pria berusia 52 tahun asal Petaling Jaya ini mengatakan jalan yang ditempuhnya untuk meraih jabatan profesor tidaklah biasa karena universitas telah memutuskan untuk mengubah gelar akademik resmi dari “Pembaca” menjadi “Profesor Universitas”.
"Saya dipromosikan menjadi Reader tahun lalu. Ini adalah gelar akademis yang telah ada di Universitas Cambridge selama ratusan tahun.
“Tahun ini universitas memutuskan untuk mengubah gelar akademik resmi mereka dan Pembaca sekarang dianggap sebagai Profesor, maka gelar resmi saya adalah Profesor Urologi,” tambah Prof Vincent, yang dipromosikan menjadi profesor pada awal Oktober.
Prestasinya di bidang tersebut meliputi penemuan alat yang memungkinkan biopsi prostat dilakukan lebih aman pada pria yang diduga kanker prostat.
Alat yang disebut CamProbe ini memiliki risiko infeksi yang lebih rendah dan dilakukan dengan anestesi lokal melalui jalur transperineal (area di bawah testis).
Penemuan ini merupakan terobosan karena diagnosis prostat saat ini memerlukan jarum biopsi yang harus dimasukkan melalui dinding usus untuk mencapai prostat. Hal ini menimbulkan risiko infeksi bakteri dari usus yang memasuki saluran kemih dan aliran darah.
“Keterampilan, bakat, dan inovasi dapat datang dari siapa saja. Tidak seorang pun boleh kehilangan kesempatan untuk mewujudkan potensinya secara penuh.”
“Hanya melalui tantangan, kompetisi, dan kesulitan, sesuatu yang berarti dapat diperoleh,” katanya.
Menurut situs web universitas, Prof Vincent juga memegang sejumlah paten dan telah memenangkan banyak penghargaan untuk penelitiannya.
Ini termasuk Penghargaan CE Alken, Medali Masyarakat Riset Urologi, jabatan Profesor Hunterian, dan Penghargaan Wakil Rektor Universitas Cambridge untuk Dampak Riset (Peneliti Tetap).